Hello guys, gak kerasa ternyata sekarang saya sudah ada di semester empat. Semakin naik tingkatan, semakin banyak juga pengalaman yang saya dapat.
Nah,kali ini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya selama praktek di klinik pada bulan november lalu.
Waktu itu saya praktek bersama 3 orang teman saya di salah satu klinik di daerah binong. Pada saat awal praktek saya selalu menbayangkan bisa melihat dan membantu orang melahirkan, hmmm...pasti menyenangkan. Setiap hari ada beberapa pasien berdatangan ke klinik untuk melakukan kb, memeriksakan kesehatan, mengimunisasi bayi dan juga ada beberapa ibu hamil yang memeriksakan kandungannya. Kami di sana membanu bidan untuk melayani pasien yg datang, itu sangat menyenangkan. Hari berganti hari saya selalu menunggu kedatangan pasien yang mau melahirkan, tapi tak juga datang hingga berhari-hari. Sampai suatu siang ada seorang ibu hamil datang dengan keluhan mules dan terasa kenceng kenceng di perutnya, waaaah senangnya ternyata ibu itu mau melahirkan😂, malangnya ternyata ibu itu memiliki hipertensi sehingga mengharuskan dia di rujuk, sehingga memupuskan harapan saya untuk dapat target😂. Setelah beberapa waktu, ternyata datang lagi ibu hamil yang ingin melahirkan,waaaaah senangnya.
Tapiiiiiiiiiii..................... Lagi-lagi saya harus kecewa karna ibu itu harus dirujuk juga karna kehamilannya masih kurang bulan. Setelah itu saya selalu berharap semoga ada ibu melahirkan di sini, dan ternyata sampai hari terakhir saya praktek tidak ada seorang ibupun yang melahirkan di situ 😂😂. Sedihnyaa saya bukan kepalang, karna sudah tidak dapat target, tidak pula bisa membantu dan melihat ibu melahirkan.
Midwifery
"http://divine-music.info/musicfiles/1-04 Firework.swf"
Senin, 18 Januari 2016
Jumat, 30 Oktober 2015
KEHAMILAN DAN PERSALINAN DENGAN PENYULIT OBSTETRI: DISTOSIA BAHU
Disusun Oleh:
Karista RENANING Tyas
069.01.01.14
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas MK Asuhan Kebidanan PersalinanDan Bayi Baru Lahir
Sebagai Ujian Akhir Semester (UAS)
Dosen : Moudy E.U Djami MMPd.MKM.M.keb
AKBID BINA NHUSADA TANGERANG
TAHUN 2015
1.Definisi
Distosia bahu adalah
suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak dapat lewat
di bawah simfisis pubis. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan obstetri karena
bayi dapat meninggal jika tidak segera dilahirkan.
Distosia bahu
didefinisikan sebagai proses kelahiran yang memerlukan manuver obstetrik
tambahan untuk melepaskan bahu setelah traksi bawah telah gagal.
Adalah kelahiran kepala janin dengan bahu
anterior macet di atas symphisis pubis dan tidak bisa masuk melalui pintu bawah
panggul. Bahu posterior tertahan di atas promontorium bagian atas.
Distosia adalah persalinan abnormal
yang ditandai oleh kema cetan atau tidak adanya kemajuan dalam persalinan atau
persalinan yang menyimpang dari persalinan eustasia yang menunjukkan kegagalan.
(
2.Faktor Predisposisi.
·
Adanya janin gemuk pada
riwayat persalinan terdahulu
·
Riwayat kesehatan
keluarga inu kandung ada DM.
·
Ibu mengalami obesitas
sehingga ruang gerak janin ketika melewati jalan lahir lebih sempit karena ada
jaringan berlebih pada jalan lahir dibanding ibu yang tidak mengalami obesitas.
·
Riwayat janin tumbuh
terus dan bertambah besar setelah kelahiran
·
Hasil USG mengindikasikan
adanya makrosomia/janin besar.
·
Adanya riwayat distoria
bahu pada persalinan yang terdahulu
·
janin dalam keadaan malposisi atau
malpresentasi
·
kelainan pada jaringan keras/tulang
panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul seperti adanya tumor
3.Tanda-tanda distosia
bahu
a) Kepala
bayi tidak melakukn putaran paksi luar
b) Kepala
bayi keluar kemudian tertarik kembali ke dalam vagina
c) Bahu
bayi tidak lahir
Penelitian yang
dilakukan dengan metode evidence based menyimpulkan :
a) Sebagian
besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah
b) Tindakan
sc yang dilakukan pada semua pasien makrosomia adalah berlebihan kecuali sudah
melebihi 5000gr atau lebih dari 4500gr.
4.PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU
a. Tatalaksana Umum
- Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong persalinan dan resusitasi neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan perdarahan pascasalin atau robekan perineum setelah tatalaksana.
- Lakukan manuver McRobert. Dalam posisi ibu berbaring telentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
- Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk membantu persalinan bahu.
- Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah tulang punggung janin) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan di bawah simfisis pubis.
Perhatian! Langkah
tatalaksana distosia bahu selanjutnya harus dilakukan oleh penolong yang
terlatih
b. Tatalaksana Khusus
- Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:
- Buatlah episiotomi untuk memberi ruangan yang cukup untuk memudahkan manuver internal.
- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan ke dalam vagina pada sisi punggung bayi.
- Lakukan penekanan di sisi posterior pada bahu posterior untuk mengadduksikan bahu dan mengecilkan diameter bahu.
- Rotasikan bahu ke diameter oblik untuk membebaskan distosia bahu.
- Jika diperlukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior bahu anterior dan rotasikan bahu ke diameter oblik.
- Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan di atas:
- Masukkan tangan ke dalam vagina.
- Raih humerus dari lengan posterior, kemudian sembari menjaga lengan tetap fleksi pada siku, pindahka lengan ke arah dada. Raih pergelangan tangan bayi dan tarik lurus ke arah vagina. Manuver ini akan memberikan ruangan untuk bahu anterior agar dapat melewati bawah simfisis pubis.
- Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, terdapat manuver-manuver lain yang dapat dilakukan, misalnya kleidotomi, simfisiotomi, metode sling atau manuver Zavanelli. Namun manuvermanuver ini hanya boleh dikerjakan oleh tenaga terlatih.
DAFTAR
PUSTAKA
1.Emilia O,
Freitag H. Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil. Jakarta: Agro Media, 2010;
p.163.
2.Josep HK,
Nugroho MS.Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi (Obsgyn). Jakarta:Nuha
Medika,2011; p. 247-8.
3.Widyastuti
Y, Rahmawati A, Purnama ningrum YE. Kesehatan Reproduksi(Cetakan kedua). Yogyakarta:
Penerbit Fitramay, 2009; p. 10-12.
4.Llwellyn
DJ.Dasar-Dasar Obstetri Ginekologi (Ed. 6). Jakarta: Hipokrates,2001; p.163-6.
5.SMFGinekologiFK
UnpadBandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset,1984; p.216-7.
6.MochtarR.
Sinopsis Obstetri FisiologiJilid I (Ed. II). Jakarta: EGC,1998.
7.Sastrawinata
S, Wirakusumah MA. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi (Ed. 2). Jakarta:EGC,2004;p.
121.
8.Achadiat
CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC,2004; p.70.
9.Simkin P,
Ancheta R. Buku Saku Persalinan terjemahan. Jakarta: EGC,2005.
10.Cunningham
FG, Gant NF, et al. ObstetriWilliams (Ed. 21). Jakarta: EGC,2005;
p.487-9011.Prawirohardjo S, et al. Ilmu Kebidanan(Ed. 4). Jakarta: PT Bina
Pustaka,2009;p. 562, 567-99 of 13 RCOG Guideline No. 42
1. Resnick
R. Management of shoulder dystocia girdle. ClinObstet Gynecol1980;23:559–64.
2. Al Hadi
M, Geary M, Byrne P, McKenna P. Shoulder dystocia:risk factors andmaternaland perinatal
outcome. J ObstetGynaecol2001;21:352–4.
3. Gherman
RB, Ouzounain JG, Goodwin TM. Obstetricmaneuvres for shoulder dystocia and associated
fetalmorbidity. Am J Obstet Gynecol1998;178:1126–30.
4. Gherman
RB, Goodwin TM, Souter I, Neumann K,Ouzounian JG, PaulRH.TheMcRobert’s maneuver
for thealleviation of shoulder dystocia: how successful is it? Am JObstet
Gynecol
1997;178:656–61.
5. Acker D,
Sachs B, Friedman E. Risk factors for shoulderdystocia. Obstet Gynecol1985;
66:476–80.
6. Sandmire
HF, DeMott RK. Erb’s palsy causation: a historicalperspective. Birth2003;29 :52–4.7.
Mocanu EV, Greene RA, Byrne BM, Turner MJ. Obstetric andneonatal outcome of
babies weighing more than 4.5 kg: ananalysis by parity. Eur J Obstet Gynecol
Reprod Biol 2000;92:229–33.
8. Gherman
RB, Goodwin TM, Ouzounian JG, Miller DA, PaulRH. Spontaneous vaginal delivery:
a risk factor for Erb’spalsy? Am J Obstet Gynecol1998;178:423–7.
9.
Evans-Jones G, Kay SP, Weindling AM, Cranny G, Ward A,Bradshaw A, Hernon Congenital
brachial plexus injury:incidence, causes and outcome in the UK and Republic of Ireland.Arch
Dis Child Fetal Neonatal Ed2003;88:F185–9.
10. Sandmire
HF, DeMott RK. Erb’s palsy without shoulderdystocia. Int J Gynaecol Obstet
2002;78:253–6.
11. Gherman
RB, Goodwin TM, Ouzounian JG, Miller DA, PaulRH. Brachial plexus palsy associated
with cesarean section:an in utero injury? Am J Obstet Gynecol1997;177:1162–4.
12. Stirrat
G,Taylor R. Mechanisms of obstetric brachial plexuspalsy: a criticial analysis.
Clin Risk2002;8:218–22.
13. Clements
RV. Shoulder dystocia. In: Clements RV, editor.Risk Management and Litigation
in Obstetrics andGynaecology. London: RSM Press in association withRCOG Press;
2001. p. 224–35.
14. Focus
Group Shoulder Dystocia. In: Confidential Enquiriesinto Stillbirths and Deaths
in Infancy. Fifth Annual Report.London: Maternal and Child Health Research
Consortium;
1998. p.
73–9.
15. Royal
College of Obstetricians and Gynaecologists, RoyalCollege of Midwives.Towards
Safer Childbirth. MinimumStandards for the Organisation of Labour Wards: Report
ofa Joint Working Party. London: RCOG Press; 1999.
16. Royal
College of Obstetricians and Gynaecologists.Searching for Evidence. Clinical
Governance Advice No. 3.London: RCOG; 2001.
17. Naef RW
3rd, Martin JN Jr. Emergent management ofshoulder dystocia. Obstet Gynecol Clin
North Am1995;22:247–59.
18. Baskett
TF, Allen AC. Perinatal implications of shoulderdystocia. Obstet Gynecol1995; 86:14–17.
19. Rouse
DJ, Owen J. Prophylactic caesarean delivery for fetalmacrosomia diagnosed by
means of ultrasonography-AFaustian bargain? Am J Obstet Gynecol1999;181:332–8.
20. Nesbitt
TS, Gilbert WM, Herrchen B. Shoulder dystocia andassociated risk factors with macrosomic
infants born inCalifornia. Am J Obstet Gynecol1998;179:476–80.
21. Gross
TL, Sokol RJ, Williams T, Thompson K. Shoulderdystocia: a fetal-physician risk.
Am J Obstet
Gynecol.1987;156:1408–18.
22. Bahar
AM. Risk factors and fetal outcome in cases ofshoulder dystocia compared with normal
deliveries of a similar birthweight. Br J Obstet Gynaecol 1996;103:868–72.
23. Centre
for Reviews and Dissemination, NHS Centre for
Reviews and
Dissemination. Expectant management
versus labor
induction for suspected fetal macrosomia.
Database of
Abstracts of Reviews of Effectiveness
2004;2:2.
24. Irion O,
Boulvain M. Induction of labour for suspected fetalmacrosomia.
Cochrane Database Syst Rev2004;2:2.
25. Boulvain
M, Stan C, Irion O. Elective delivery in diabetic pregnant women. Cochrane
Database Syst Rev2004.2:2.
26. Kjos SL,
Henry OA, Montoro M, Buchanan TA, Mestman JH.Insulin-requiring diabetes in
pregnancy: a randomized trialof active induction of labor and expectant
management.Am J Obstet Gynecol1993;169:611–15.
27. Sokol
RJ, Blackwell SC; American College of Obstetriciansand Gynecologists. Committee
on PracticeBulletins–Gynecology. Shoulder dystocia. Int J Gynaecol Obstet
2003;80:87–92.
28. Gherman
RB, Ouzounian JG, Satin AJ, Goodwin TM, PhelanJP. A comparison of shoulder
dystocia-associated transient and permanent brachial plexus palsies. Obstet
Gynecol 2003;102:544–8.
29. Lewis
DF, Raymond RC, Perkins MB, Brooks GG, HeymannAR. Recurrence rate of shoulder
dystocia. Am J Obstet Gynecol1995;172:1369–71.
30. Smith
RB, Lane C, Pearson JF. Shoulder dystocia: what happens at the next delivery? Br
.J Obstet
Gynaecol1994;101:713–15.
31. Ginsberg
NA Moisidis C. How to predict recurrentshoulder dystocia. Am J Obstet Gynecol2001;184:1427–30.
32. Lewis
DF, Edwards MS, Asrat T, Adair CD, Brooks G, LondonS. Can shoulder dystocia be
predicted? Preconceptive andprenatal factors. J Reprod Med1998;43:654–8.
33.
Metaizeau J, Gayet C, Plenat F. Les Lesions Obstetricales duPlexus Brachial.Chir
Pediatr 1979;20:159–63.
34. Poggi
SH, Allen RH, Patel CR, Ghidini A, Pezzullo JC, SpongCY. Randomized trial of
McRoberts versus lithotomypositioning to decrease the force that is applied to
the fetus during delivery. Am J Obstet Gynecol 2004;191:874–8.
35. Hope P,
Breslin S, Lamont L, Lucas A, Martin D, Moore I, etal. Fatal shoulder dystocia:
a review of 56 cases reported tothe Confidential Enquiry into Stillbirths and
Deaths in Infancy. Br J Obstet Gynaecol1998;105:1256–61.
36. Gonik B,
Zhang N, Grimm MJ. Defining forces that areassociated with shoulder dystocia:
the use of a mathematicdynamic computer model. Am J Obstet Gynecol2003;188:1068–72.
37. Gibb D.
Clinical focus: shoulder dystocia. Clin Risk 1995;1:40–54.
38. Nocon
JJ, McKenzie DK, Thomas LJ, Hansell RS. Shoulderdystocia: an analysis of risks
and obstetric maneuvers. AmJ Obstet Gynecol1993;168:1732–9.
39.
Gurewitsch ED, Donithan M, Stallings SP, Moore PL, AgarwalS, Allen LM, et al.
Episiotomy versus fetal manipulation inmanaging severe shoulder dystocia: a
comparison of outcomes. Am J Obstet Gynecol2004;191:911–16.
40. Hinshaw
K. Shoulder dystocia. In: Johanson R, Cox C,Grady K, Howell C, editors. Managing
ObstetricEmergencies and Trauma: The MOET Course Manual.London: RCOG Press;
2003. p. 165–74.
41. Gonik B,
Stringer CA, Held B. An alternate maneuvere formanagement of shoulder dystocia.
Am J Obstet Gynecol1983;145:882–4.
42. Bonnaire
C, Bué E. Rapport sur la 1re question: Influencede la position sur la forme et
les dimensions du basin.Comptes rendus du Congrès Periodique International de Gynécologie
et d’Obstétrique, 3e Session, Amsterdam Août1899. Amsterdam: Scheltema &
Holkema, 1900.
43.
Buhimschi CS, Buhimschi IA, Malinow A, Weiner CP. Use ofMcRoberts’ position
during delivery and increase inpushing efficiency. Lancet2001;358:470–1.
44.
McFarland MB, Langer O, Piper JM, Berkus MD. Perinataloutcome and the type and number
of maneuvers inshoulder dystocia. Int J Gynaecol Obstet1996;55:219–24.
45. Lurie S,
Ben-Arie, Hagay A. The ABC of shoulder dystocia management. Asia Oceania J
Obstet Gynaecol 1994;20:195–7.
46. O’Leary
JA, Leonetti HB. Shoulder dystocia: prevention andtreatment. Am J Obstet
Gynecol1990;162: 5–9.
47. Bruner
JP, Drummond SB, Meenan AL, Gaskin IM. All-foursmaneuver for reducing shoulder
dystocia during labor. JReprod Med1998;43:439–43.
48. Rubin A.
Management of shoulder dystocia. JAMA1964;189:835–7.
49. Baxley
EG, Gobbo RW. Shoulder dystocia. ALSO series. AmFam Physician2004;69
:1707–14.50.
Naef RW 3rd, Morrison JC Guidelines for management of shoulder dystocia.
J Perinatol1994;14:435–41.
51. Poggi
SH, Spong CY, Allen RH. Prioritizing posterior arm delivery during severe shoulder
dystocia. Obstet Gynecol2003;101:1068–72.
52. Sandberg
EC. The Zavanelli maneuver: a potentiallyrevolutionary method for the resolution
of shoulderdystocia. Am J Obstet Gynecol1985;152:479–84.
53. Spellacy
WN. The Zavanelli maneuver for fetal shoulderdystocia. Three cases with poor outcomes.
J Reprod Med1995;40:543–4.
54. Van
Roosmalen J. Shoulder dystocia and symphysiotomy.
Eur J Obstet
Gynecol Reprod Biol1995;59:115–16.
55.
Hartfield VJ. Symphysiotomy for shoulder dystocia. Am J Obstet Gynecol1986;155:228.
56. Wykes
CB, Johnston TA, Paterson-Brown S, Johanson RB.Symphysiotomy: a lifesaving
procedure. BJOG2003;110:219–21.
57. Goodwin
TM, Banks E, Millar LK, Phelan JP. Catastrophicshoulder dystocia and emergency
symphysiotomy. Am JObstet Gynecol1997;177:463–4.
58. Clinical
Negligence Sscheme for Trusts. Maternity: ClinicalRisk Management Standards.
London: NHS LitigationAuthority; 2005 [www.nhsla.com/NR/rdonlyres/EE1F7C66-A172-4F0C-8A36-7FCCD31A52A0/0/CNSTMaternityStandardsApril2005final.pdf].
59. Black
RS, Brocklehurst P. A systematic review of training inacute obstetric
emergencies.
BJOG 2003;110:837–41.
60. Deering
S, Poggi S, Macedonia C, Gherman R, Satin AJ.Improving resident competency in
the management ofshoulder dystocia with simulation training. Obstet Gynecol2004;103:1224–8.
61. Crofts
JF, Attilakos G, Read M, Sibanda T, Draycott TJ.Shoulder dystocia training
using a new birth trainingmannequin. BJOG2005;112:997–9.
62. Draycott
T, Broad G, Chidley K. The development of aneclampsia box and fire drill. Br J
Midwifery2000;8:26–30.
63. The ‘4kg
and over’ enquiries. In: Confidential Enquiries intoStillbirths and Deaths in
Infancy. Sixth Annual Report.London: Maternal and Child Health Research
Consortium;
1999. p.
35–47
Indrayani,
Djami MEU “Asuan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir”, Jakarta: Trans Info
Media,2013
Senin, 01 Juni 2015
Tips untuk daya tahan tubuh yang baik
Daya tahan tubuh adalah hal yang penting bagi kita untuk melakukan aktifitas sehari-hari. daya tahan tubuh yang baik akan menciptakan hari yang baik pula bagi kita. berikut beberapa tips untuk menjaga daya tahan tubuh kita
1. Istirahat yang cukup
salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh kita adalah dengan istirahat yang cukup. istirahat yang cukup dapat menyegarkan otak dan tubuh sehingga daya tahan tubuh kita akan lebih baik.
2.konsumsi air putih
kurang air putih dapat menyebabkan kita dehidrasi dan membuat tubuh kita menjadi lemas. Maka dari itu mengkonsumsi air putih dipercaya dapat mempertahankan daya tubuh kita.
3.olahraga
olahraga dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. karena ketika kita olahraga akan mengeluarkan keringat dan membuat tubuh kita lebih fresh.
demikian tips menjaga daya tahan tubuh dengn baik semoga bermanfaat.
1. Istirahat yang cukup
salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh kita adalah dengan istirahat yang cukup. istirahat yang cukup dapat menyegarkan otak dan tubuh sehingga daya tahan tubuh kita akan lebih baik.
2.konsumsi air putih
kurang air putih dapat menyebabkan kita dehidrasi dan membuat tubuh kita menjadi lemas. Maka dari itu mengkonsumsi air putih dipercaya dapat mempertahankan daya tubuh kita.
3.olahraga
olahraga dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. karena ketika kita olahraga akan mengeluarkan keringat dan membuat tubuh kita lebih fresh.
demikian tips menjaga daya tahan tubuh dengn baik semoga bermanfaat.
Minggu, 24 Mei 2015
AKU DAN PENGALAMANKU
Nama saya Kharista Renaning Tyas,
saya anak ke 3 dari 5 bersaudara. Saya lulus dari salah satu SMA di daerah
Bandar Lampung pada tahun 2013 . Saat ini saya sedang melanjutkan pendidikan di
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang. Saya duduk di semester 2 tingkat satu
di Akbid ini. Awalnya saya tidak pernah tertarik untuk menjadi seorang bidan,
dulu saya berfikir bahwa kuliah di kebidanan adalah sesuatu yang mengerikan. Karena
kelak harus bekerja melibatkan nyawa manusia dan berhubungan dengan darah. Sampai
suatu ketika orang tua saya ingin sekali melihat saya menjadi seorang tenaga
kesehatan, Lalu mereka menyarankan saya untuk menjadi seorang bidan. Dan mereka
memilih Akbid Bina Husada sebagai tempat untuk saya belajar.
Awalnya dengan sedikit berat hati
saya menuruti kemauan mereka. Tetapi setelah beberapa waktu saya belajar di
Bina Husada, saya mulai tertarik dengan dunia kebidanan yang dulu sangat tidak
saya sukai. Perlahan-lahan saya mulai belajar menyesuaikan diri dengan semua
pelajaran dan tugas yang seringkali membuat saya pusing. Di sini saya belajar
banyak hal, baik secara teori maupun praktek. Saya belajar bagaimana supaya
kelak menjadi seorang bidan yang profesional. Bukan hanya pamer seragam,melainkan
bisa mengabdikan diri dengan sungguh-sungguh dan dapat mengurangi angka
kematian ibu dan anak yang saat ini terbilang masih cukup tinggi. Karena seorang
bidan yang profesional bukan hanya baik pintar dalam menangani pasien saja tapi
juga harus dapat mencerminkan sikap yang dewasa, ramah, sopan dan menghargai
setiap pasien tanpa membedakan suku, bangsa dan agama.
Langganan:
Postingan (Atom)